Pages - Menu

Jumat, 29 Maret 2013

Serangan"Cyber" TerbesarSepanjang Sejarah

Sebuah
serangan cyber berjenis
distributed denial of service
(DDoS) terhadap perusahaan
keamanan jaringan Spamhaus
memiliki dampak yang sangat
besar. Akibat serangan
tersebut, dikabarkan
kecepatan internet dunia,
terutama di benua Eropa,
terus melambat.

Tidak itu saja, serangan ini
diduga dapat membuat
dampak yang lebih buruk dari
sekadar melambatnya
kecepatan internet.
Menurut beberapa ahli
keamanan komputer, melihat
skala serangan yang semakin
kuat, para pengguna bisa
saja tidak dapat mengakses
layanan dasar internet,
seperti e-mail dan layanan
perbankan online.
Sebenarnya, seberapa
besarkah skala serangan
cyber ini? Menurut Matthew
Price, Chief Executive of
CloudFlare, serangan DDos ini
dapat dikatakan sebagai
yang terbesar dalam sejarah.
Sekadar catatan, CloudFlare
merupakan perusahaan yang
ditunjuk oleh Spamhaus untuk
melindungi perusahaan
tersebut dari serangan DDos
ini.
"Serangan ini mirip dengan
bom nuklir. Serangan ini
mudah untuk menghasilkan
kerusakan yang begitu
besar," kata Price, seperti
dikutip dari NY Times, Kamis
(28/3/2013).
Serangan DDoS ini juga
mampu mencapai nilai yang
luar biasa besar, yaitu 300
miliar bit per detik. Dikatakan,
serangan ini berpuluh kali
lipat dibandingkan serangan
DDos pada umumnya.
"Ini adalah angka yang
sebenarnya. Ini merupakan
serangan DDoS terbesar
dalam sejarah internet," kata
Patrick Gilmore, Chief
Architect Akamai
Teknologies, sebuah
perusahaan penyedia konten
digital.
Serangan ini diduga dimulai
saat Spamhaus
menambahkan sebuah
perusahaan asal Belanda,
Cyberbunker, ke daftar hitam
(blacklist) miliknya. Spamhaus
merupakan perusahaan
pembuat daftar hitam yang
digunakan oleh penyedia
layanan internet sebagai
acuan pemblokiran situs-situs
web berbahaya.
Sementara Cyberbunker
merupakan sebuah layanan
penyimpanan data yang
mengizinkan penggunanya
untuk menyimpan semua
data, kecuali pornografi anak
dan hal-hal yang berkaitan
dengan teroris.
Cyberbunker sebenarnya
tidak secara langsung
dituduh bertanggung jawab
atas serangan ini. Namun,
seorang yang mengaku
sebagai juru bicara
Cyberbunker, Sven Olaf
Kamphuis, memberikan
sebuah pernyataan yang
membuat perusahaan
tersebut menjadi tertuduh.
Kepada BBC, Kamphuis
menyatakan, Spamhaus tidak
seharusnya dapat
menentukan "apa yang boleh
dan tidak di internet".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar